Posted by : Unknown Rabu, 29 Mei 2013



TEROR KEPADA UMAT ISLAM



Terorisme Masa Nabi Muhammad
1. Teror Yang Dilakukan Kaum Kafir Musyrik Terhadap Umat Isam
Nabi diutus untuk menyeru manusia agar mengesakan Tuhannya. Ia juga diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia. Terhadap tugas yang terakhir ini, Nabi memulai dari diri sendiri. Nabi tampil sebagai manusia terbaik, pilihan dan pantas menjadi suri tauladan. Ia tidak pernah menyakiti seseorang baik dengan perkataan maupun perbuatannya. Sebaliknya, Nabi Muhammad merupakan pemimpin terbaik bagi seluruh manusia. Semua ini diakui baik oleh musuh maupun sahabat.
Abu Jahal, seorang pemimpin kaum musyrik Makah bertemu dengan Nabi Muhammad dan berkata, “Aku tahu engkau seorang yang jujur. Tapi pembohong suku Rabiah lebih baik dari pada seorang jujur yang membawa petaka.”
Maksud dari perkataan Abu Jahal ini adalah, bahwasanya seorang pembohong dari sukunya, Rabiah, lebih baik daripada seorang jujur yang berasal dari suku-suku lain, seperti halnya Nabi Muhammad.
Nabi pernah berkirim surat kepada kaisar Romawi untuk mengajak kaisar beserta rakyatnya memeluk Islam. Isi dari surat itu adalah sebagai berikut;
“Dari Muhammad, hamba dan utusan Allah. Kepada Heraclius, kaisar agung Romawi. Keselamatan bagi mereka yang mengikuti petunjuk-Nya. Aku mengajak Anda menuruti ajakan Islam. Masuklah ke dalam agama Islam niscaya Anda akan selamat. Dengan begitu, Tuhan akan memberimu pahala dua kali. Jika Anda menolak maka dosa-dosa rakyatmu juga menjadi tanggungan Anda. Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Ilah selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)[1]".
Nabi Muhammad juga pernah mengirim surat pada kaisar Kisra bin Harmuz, raja Persia. Isi surat itu sebagai berikut;
“Dari Muhammad utusan Allah. Kepada Kisra, kaisar agung Persia. Keselamatan bagi mereka yang mengikuti petunjuk, mengimani Allah, mengimani Rasul-Nya dan bersaksi tiada Tuhan selain Allah yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan Muhammad adalah hamba serta utusan-Nya. Aku mengajak Anda atas nama ajakan Allah. Aku adalah utusan Allah untuk seluruh manusia. Memperingatkan mereka yang masih hidup dan memberikan yang benar kepada golongan kaum kafir. Jika Anda menyerah dan masuk Islam, maka Anda akan selamat. Jika menolak, maka dosa semua orang Majusi menjadi tanggungan Anda[2]."
Dari dua surat ini tampak jelas betapa mulia kepribadian Nabi Muhammad. Ia menulis surat kepada raja-raja tersebut dengan sangat hormat. ‘Kepada Heraclius, kaisar agung Romawi’. Juga, ‘Kepada Kisra, kaisar agung Persia. Nabi menulis surat penuh dengan cinta kasih dan kedamaian. Keselamatan bagi mereka yang mengikuti petunjuk.
Orang-orang yang pada masa itu mempelajari ajakan Nabi ini menjadi hormat terhadapnya dan juga Islam. Di antaranya adalah kaisar Heraklius. Ketika membaca surat dari Nabi, kaisar ini memanggil sejumlah orang Arab untuk dimintai keterangan. Setelah mendengar keterangan langsung dari orang-orang Arab sendiri, dia berkata, “Jika keterangan yang Anda berikan ini benar, ia pasti akan memperoleh kekuasaan yang ada dibawah dua telapak kakiku ini. Saya kira, dulu ia bukanlah segolongan dengan kalian. Kalau saja tahu, saya pasti akan segera menemuinya dengan cara apapun. Kalau berada bersamanya, pasti saya akan mencuci kedua telapak kakinya.”[3]
Kiranya, kandungan isi Al Quran berikut ini sudah sangat cukup mewakili untuk membuktikan betapa semua orang menghormati dakwah Nabi Muhammad saw. Allah berfirman, “Sesungguhnya, Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat ayat Allah.” (QS. Al An’aam [6]:33).
Tapi dasar nasib buruk manusia. Kebanyakan orang musyrikin, kaum Yahudi, Nasrani dan umat-umat lain saling bahu membahu, berkomplot melawan Nabi. Mereka menipu Nabi Muhammad dengan berbagai cara.
Allah berfirman,” Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Qurais) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.” (QS. Al Anfaal [8]:30).
Nabi sendiri menyadari hal ini. Ia pernah bersabda sebagai berikut, “Aku telah banyak disakiti karena ingin meninggikan agama Allah. Tak ada seorang pun di dunia ini yang merasakan sakit melebihi rasa sakitku [ketika ingin meninggikan agama Allah] itu. Aku juga telah banyak ditakut-takuti dan diancam karena hendak meninggikan agama Allah. Dan tak ada seorang pun di dunia ini yang merasa takut dan diancam melebihi aku [ketika ingin meninggikan agama Allah].” (HR. Turmudzi, Ibnu Majah dan Ahmad)[4].
Musuh-musuh Nabi berusaha merusak citra Islam dengan segala cara. Bukan hanya itu. Bahkan mereka juga berusaha merusak citra Nabi Muhammad sendiri secara membabi buta.
Kaum kafir selalu menyiksa umat Islam dengan berbagai siksaan. Mereka merampas harta, mengusir, menyiksa dan membunuhi umat Islam. Karena menghadapi siksaan dari kaum musyrik berikut persekongkolan kaum Yahudi serta Nasrani, umat Islam terpaksa meninggalkan tanah kelahiran mereka, Makah, berhijrah ke Habasyah. Tapi kelakuan kaum musyrik tidak hanya berhenti sampai di sini. Setelah umat Islam berhijrah ke Habasyah, mereka pun lantas mempengaruhi raja Habasyah agar menentang umat Islam. Tapi Allah Maha Pemberi Kedamaian dan menenangkan hati raja tersebut[5].
Selain berhijrah ke Habasyah, umat Islam juga terpaksa berhijrah ke Madinah. Semua ini adalah dalam rangka lari dari ancaman teror orang-orang musyrik. Rasulullah terpaksa meninggalkan kota Makah, tanah kelahiran dan nenek moyangnya menuju Madinah setelah adanya usaha pembunuhan atas diri beliau.
Meskipun kota Makah sudah ditinggalkan Rasul dan kaum muslimin, tetap saja orang-orang musyrik tidak membiarkan Nabi dan pemeluknya hidup damai begitu saja. Bahkan, kaum musyrik melakukan agresi militer ke Madinah untuk menghancurkan umat Islam. Hal ini terjadi pada saat perang Badar. Setelah itu terjadilah perang Uhud. Dalam perang ini, kaum musyrik menjadi begitu sombong dan beringas. Nabi sempat menderita luka-luka. Semakin giranglah hati kaum musyrik. Mereka berusaha sebisa mungkin membunuh Nabi dalam perang ini. Tapi Allah menjaganya dari kematian.
Selanjutnya terjadilah perang Khandaq. Dalam perang ini, pasukan kaum musyrik begitu banyak. Jumlah yang belum pernah tercatat dalam sejarah perang di jazirah Arab. Pasukan yang begitu banyaknya ini dikerahkan untuk menghancurkan Islam dan Nabinya. Tapi dalam perang ini umat Islam sangat cerdik—sehingga musuh pun menjadi kerepotan dan kalang kabut.
Semua ini menunjukkan bahwa yang melakukan teror adalah orang-orang musyrik. Merekalah para terorisnya. Dan umat Islam-lah yang menjadi sasaran teror.
***

2. Teror Yang Dilakukan Kaum Yahudi Terhadap Umat Islam

Pada masa Nabi, kaum Yahudi banyak melakukan tipu daya dan fitnah terhadap Islam, diantaranya adalah seperti berikut ini;
Mengeluarkan berbagai fitnahan tentang Islam kepada penduduk Makah.
Meyakinkan para kaum musyrik bahwa agama mereka jauh lebih baik dari pada Islam.
Ketika berhijrah ke Madinah, Nabi, atas nama umat Islam menandatangani perjanjian dengan kaum Yahudi6. Pasal ke 16 dari perjanjian ini berbunyi, bahwa umat Yahudi yang ikut melakukan hijrah akan memperoleh kedamaian, ketentraman, tidak disakiti ataupun dimusuhi. Adapun pasal ke 44 berbunyi bahwa antara umat Islam dan Yahudi harus saling bantu ketika ada pihak musuh yang menyerang Yatsrib (Madinah). Begitulah. Setiap pasal dalam perjanjian itu sangatlah jujur dan adil. Bahkan perjanjian ini disebut-sebut sebagai piagam termulia yang pernah ada dan terjadi antara umat Islam dan Yahudi. Tapi kaum Yahudi tidak menepati perjanjian ini. Mereka malah selalu menyakiti umat Islam dengan berbagai cara.
kaum Yahudi pernah berusaha membunuh Nabi dengan cara melemparinya batu dari atas bangunan ketika Nabi sedang duduk. Huyai bin Akhtab, seorang pemuka Yahudi berkata kepada para pengikutnya, “Kalian tidak akan bisa melihat Muhammad sedekat seperti saat ini. Maka manfaatkan kesempatan ini. Lempari Muhammad dengan batu-batu. Bunuh. Dengan begitu, kalian tak akan melihat keburukan yang ditimbulkan olehnya lagi.” Mendengar ini, orang-orang itu lantas menghampiri dua batu besar tempat menumbuk biji-bijian. Seorang perkasa diantara mereka hendak melemparkan batu itu kepada Nabi. Tapi Allah menahan tangan mereka. Akhirnya malaikat Jibril datang menghampiri Nabi dan menyuruhnya berdiri, meninggalkan tempat itu. Turunlah ayat Allah, “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan Nya) kepadamu, diwaktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepada mu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertaqwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mu'min itu harus bertawakkal.(QS. Al Maidah[5]:11)7. Juga ayat setelahnya yang berbunyi, “…dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka…” (QS. Al Maidah[5]:13).
Kaum Yahudi pernah berusaha membunuh Nabi dengan cara meracuni daging kambing.
Diceritakan dari Anas, seorang wanita Yahudi menghadap Rasul dengan membawa daging kambing yang telah dibubuhi racun. Nabi memakan daging kambing yang beracun itu. Pada kesempatan lain, wanita itu lantas dipanggil dan Rasul bertanya perihal perbuatannya ini. Wanita Yahudi itu menjawab, “Aku ingin membunuhmu.” Nabi berkata, “Hampir saja Tuhan memberimu kekuasaan untuk itu.” Kemudian para sahabat berkata, “Mengapa kita tidak membunuh saja wanita ini?” Nabi menjawab, “Jangan.” Anas berkata, “Saya masih melihat bekas pengaruh racun itu di uvula8 Rasulullah.” (HR. Bukhari-Muslim)9.
          Dari Abu Hurairah. r.a berkata, ”Ketika liberasi Khaibar, Nabi diberi persembahan berupa daging kambing yang telah dibubuhi racun. Kemudian Nabi saw. berkata, "Aku minta agar semua orang di sana yang beragama Yahudi dikumpulkan.” Para sahabat pun sibuk mengumpulkan orang-orang Yahudi tersebut. Setelah berkumpul Nabi bersabda, “Aku ingin bertanya sesuatu kepada kalian. Apakah kalian mau berkata jujur perihal itu? Orang-orang Yahudi menjawab, “Ya.” Lantas Nabi saw. bertanya pada mereka, “Siapakah adanya orang tua kalian?”
Mereka menjawab, “Si fulan ini.”
Kemudian Nabi berkata, “Kalian bohong. Orang tua kalian adalah si fulan itu.”
Mereka menjawab, “Engkau benar, Muhammad.”
Nabi saw. bertanya lagi, “Apakah kalian mau jujur menjawab apa yang akan aku tanyakan?”
Orang-orang Yahudi itu menjawab, “Baik, Abu Qasim. Toh kalau kami berbohong, engkau pun tahu kebohongan kami, seperti engkau tahu kebohongan yang ada pada orang-orang tua kami.”
Mendengar itu, Nabi lantas bertanya, “Siapakah penghuni neraka?”
Mereka menjawab, “Kami akan berada di sana sebentar. Setelah itu, kalian yang akan menggantikan kami.”
Nabi saw. berkata, “Takutlah pada Allah mengenai hal ini. Demi Allah, kami tidak akan pernah menggantikan kalian di neraka.” Kemudian Nabi saw. bertanya sekali lagi, “Apakah kalian mau jujur menjawab pertanyaanku?”
Orang-orang Yahudi itu menjawab, “Ya, wahai Abu Qasim.”
“Apakah kalian membubuhi daging kambing ini dengan racun?”
Mereka pun menjawab, “Benar.”
Lantas Nabi bertanya, “Apa yang menyebabkan  kalian berbuat seperti itu?”
“Karena jika engkau ternyata seorang pembohong, kami akan terbebas dari kebohonganmu. Dan jika engkau benar-benar Nabi, tentu racun itu tidak akan bisa mencelakakanmu. (HR. Bukhari)10.
Beberapa riwayat menyebutkan bahwa wanita Yahudi yang bernama Zainab binti Harits yang telah membubuhi racun dalam daging kambing. Daging itu telah dibubuhi racun yang banyak sekali. Khususnya di bagian paha karena mereka tahu Nabi suka daging kambing bagian situ. Tapi Allah berkuasa membuat kambing bisa bicara. Kemudian memberi tahu Nabi bahwa kedua pahanya mengandung racun. Nabi pun tidak memakan daging daerah paha.
Kejadian ini tentu saja sangat bertentangan dengan perjanjian-perjanjian yang ada antara Yahudi dan umat Islam. Hal ini merupakan bukti kuat atas pengkhianatan dan bahayanya orang Yahudi. Oleh karena itu, Nabi mengambil keputusan untuk menjauhkan mereka dari Madinah.
Bani Quraidah, salah satu suku Yahudi,  pada saat itu terikat perjanjian damai dengan Rasul saw. dan umat Islam. Suatu ketika, beberapa orang Yahudi dari suku ini, yang diketuai Hay bin Akhtab, pergi ke Makah. Mereka menghasut orang-orang musyrik sehingga terkumpul sepasukan perang orang musyrik yang berjumlah sepuluh ribu tentara. Ketika tentara ini sampai Madinah, Bani Quraidah memutuskan perjanjian damai mereka dengan umat Islam dan bergabung ke dalam pasukan musyrik. Mereka membantu pasukan musyrik secara suka rela baik berupa bantuan logistik maupun persenjataan perang. Inilah pengkhianatan terbesar kaum Yahudi karena terjadi saat perang. Hal ini juga membuktikan bahwa orang Yahudi tidak bisa dipercaya untuk diajak melakukan perjanjian dan kesepakatan.
Inilah diantara sikap kaum Yahudi pada zaman Nabi. Dari sini membuktikan bahwa Rasul saw. merupakan sosok yang paling adil dan jujur. Sementara itu, orang-orang Yahudi adalah pengkhianat-pengkhianat besar. Dari sini juga menunjukkan bahwa orang Yahudilah terorisnya. Umat Islam selalu mendapat teror dari orang-orang macam ini.
***

3. Teror Yang Dilakukan Kaum Nasrani Terhadap Umat Islam

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwPBFaKo0g6GNGVdTu7pEsf65I-PbAgw-S4UNucmZO__PDFLIELxx4gl7NQWV-V0kjNUgYqCBXwDrIpBSPzPFf3egeG98y2hOYCYBOJQCGXjnapN3bQCftwe5_pQ6KBuO1-Qe3l9YHbqvM/s1600/kekaisaran+romawi.jpg
Umat Islam tidak pernah mencampuri urusan dalam negeri imperium Romawi yang notabene menganut agama Nasrani. Umat Islam juga tidak pernah mengancam keselamatan mereka. Tapi kaisar Romawi mulai usil, mengusik negara Islam.
Pada tahun 8 H/629 M, penguasa negara bagian Syam yang waktu itu berada di bawah kekuasaan Romawi membunuh Harits bin Umair al-Azdi. Orang yang terbunuh ini adalah utusan yang membawa surat dari Nabi untuk penguasa negara Romawi. Sahabat Harits diutus untuk menemui merreka. Akan tetapi, utusan yang pada zaman sekarang disebut duta besar ini malah dibunuh, padahal membunuh duta besar suatu negara sama halnya dengan menantang perang.
Oleh karena itu, Rasul saw. mengirim bala tentara sebanyak tiga ribu pasukan untuk mengganjar perbuatan mereka. Tapi ternyata kekaisaran Romawi juga sudah siap. Bahkan mereka mengerahkan dua ratus ribu pasukan!
Kedua bala tentara itu bertemu dalam peperangan yang disebut perang mut’ah yang dimenangkan umat Islam. Marahlah kaisar. Sebelumnya, tentu saja kaisar begitu percaya diri untuk mampu menumpas habis pasukan tentara Islam dalam jangka beberapa jam saja. Namun kenyataannya malah berbalik. Karena dendam bercampur penasaran, kerajaan Romawi mulai mengatur barisan lagi untuk melakukan perang penentuan.
Rasul saw. selalu memantau perkembangan pasukan lawan. Umat Islam tentu saja sangat berhati-hati dalam menghadapi tentara Romawi. Lepas satu tahun, pihak Romawi sudah merasa cukup melakukan persiapan. Dengan pasukan penuh, mereka mulai menuju daerah perbatasan negara Islam.
Tujuan penyerbuan ini hanya satu, yaitu menghancurkan Islam. Bagi mereka, Islamlah yang memberi kekuatan pada orang-orang Arab sehingga berani menentang kekuasaan Romawi dalam perang mut’ah.
Dari sini tampak jelas bahwa yang melakukan teror adalah orang-orang Nasrani. Lagi-lagi umat Islam yang menjadi obyek terorisme!
***

4. Teror Yang Dilakukan Kaum Majusi Terhadap Umat Islam
Kerajaan Persia yang memeluk agama Majusi sikapnya juga tak jauh beda dengan kaum Yahudi dan Nasrani.
Raja Kisra mengutus orang untuk menculik Rasul saw. Ia memerintahkan Badzan, penguasa wilayah Yaman yang waktu itu berada di bawah kekuasaan Persia, agar mengirim dua orang untuk menemui Nabi. Dalam surat perintahnya ini, raja Kisra menyuruh Badzan untuk mengirim dua orang tukang pukul pada Nabi saw. Nanti setelah menemui Rasul saw, dua tukang pukul ini diharuskan membawa Nabi menghadap raja Kisra.
Diutuslah Nabuh, seorang penulis dan ahli ilmu hitung. Selain itu, Badzan juga mengutus seorang Persia yang bernama Khurkhusrah. Tak lupa, Badzan juga menulis surat yang akan dibawa oleh dua tukang pukul ini. Isinya memerintahkan Nabi saw. untuk mau menghadap raja Kisra dengan dikawal Nabuh dan Khuskhusrah.
Mendengar berita ini, orang-orang kafir Qurays merasa girang sekali. Diantara mereka ada yang berkata, “Bersenang-senanglah. Raja Kisra telah mengetahui keadaan. Raja itu pasti akan membunuh Muhammad. Kalian sebentar lagi akan terbebas.”
Berangkatlah dua orang utusan itu. Akhirnya mereka sampai juga menghadap Rasul saw. dengan jenggot tercukur bersih dan kumis dibiarkan panjang tebal. Melihat penampilan seperti ini timbul kesan tidak suka pada diri Nabi saw. Ia lantas bertanya kepada dua utusan itu, “Celakalah kalian. Siapa yang menyuruh kalian untuk berpenampilan seperti ini?” Kedua utusan itu menjawab, “Tuhan Kami.” [yang mereka maksud adalah Kisra]. Lalu Nabi berkata, “Akan tetapi, Tuhanku menyuruh untuk mencukur kumis dan memanjangkan jenggot. Dan bukan sebaliknya."
Kedua utusan ini lantas memberitahu maksud tujuan mereka. Keduanya berkata, “Jika kamu mentaati, Badzan akan membawamu menghadap Kisra. Tapi jika menolak, kamu akan dihancurkan beserta semua pengikutmu.” Kemudian Rasul berkata kepada mereka, “Kembalilah kalian menghadap pada besok pagi.”
Setelah itu, datanglah kabar dari langit yang memberitahu bahwa Allah telah mengutus Syirawaih, anak lelaki Kisra sendiri untuk membunuh ayahnya. Mendengar berita ini, Rasul saw. lalu memanggil dua utusan itu dan memberitahukan perihal terbunuhnya raja Kisra. Kemudian Nabi berkata kepada mereka, “Agama dan kekuasaanku akan mencapai kerajaan Kisra dengan sangat cepat dan mudah. Katakan pada Badzan untuk menyerah. Apabila dia mau menyerah, aku akan mengakui kekuasaannya dan menjadikan raja diantara kaumnya.” Nabi lalu memberi Kharkhasrah emas dan perak.
Kedua utusan itu lalu pergi menghadap Badzan dan memberitahu perihal apa yang dikatakan Nabi. Mendengar ini, Badzan berkata, “Demi tuhan. Ini bukan ucapan raja. Saya melihat Muhammad itu laksana Nabi. Baiknya kita tunggu. Jika yang diucapkannya benar maka ia benar-benar seorang Nabi yang diutus. Tapi jika tidak benar, kita lihat saja nanti hukuman apa yang akan kita berikan kepadanya.” Tak lama kemudian Badzan mendapat surat dari Syirawaih yang memberitahu terbunuhnya raja Kisra. Dalam surat itu, Syirawaih mengaku telah membunuh raja Kisra, ayahnya sendiri, karena merasa marah terhadap kerajaan Persia yang menyuruh seseorang untuk membunuh Nabi. Selain itu, Syirawaih juga menyuruh Badzan agar mentaati permintaan Nabi dan tidak lagi mengganggu Rasul saw.
Ketika membaca surat dari Syirawaih ini, Badzan langsung menyerah dan masuk Islam, diikuti oleh para kaumnya11.
Begitulah kelaliman raja Kisra. Memerintahkan orang untuk menculik Rasul saw. tanpa sebab yang jelas, dan memaksa agar mau menghadapnya. Raja Kisra mengancam Rasul saw. dan kaum muslimin.
Dari sini tampak jelas tindak teror yang dilakukan orang Persia pemeluk agama Majusi terhadap umat Islam.
Memang begitulah adanya. Masa Nabi yang merupakan puncak masa kesucian dan keluhuran telah dikotori oleh tindak kriminal dan teror dari orang-orang musyrik, Yahudi, juga Nasrani. Semua tindakan teror ini diarahkan kepada umat Islam.



**Bersambung ke bagian 3**




  


Source : Abdul Mahdi Abdul Qadir Abdul Hadi; Ma’ady KAIRO, Mesir

[1] Imam Bukhari, hadits nomor 7.
[2] Ibnu Jarir at Thabari, At Taarikh.
[3] Imam Bukhari, op.cit.
[4] Sunan Turmudzi, al qiyamah, bab haddatsana hunaad akhbarana mu-awiyah 7/170. imam Turmudzi mengatakan bahwasanya hadits ini hasan dan sahih. Sunan Ibnu Majah, muqoddimat bab 11. Sunan Ahmad, 19/245, 21/443.
[5] lihat al bidayah wa an nihayah
6 Teks perjanjian ini bisa ditemukan dalam buku Muhammad Hamidullah, al Watsa-iq as siyasiyyah, halaman 57, 59. Teks-teks semacam ini juga mudah ditemukan dalam buku-buku hadits, sirah dan sejarah.
7 Hal ini dikatakan oleh Ibnu Jarir at Thabari 6/144, 145 ketika menafsiri ayat tersebut. Hal ini juga terdapat dalam sunan Baihaqi 9/200, kemudian juga dalam ad dalaail 2/446.
8 Uvula adalah bagian langit-langit mulut dekat tenggorokan yang menonjol ke bawah.
9 Bukhori, hadits no 2617. Muslim, hadits no 2190.
10 Bukhari, Hadits no 3169.
11 Ibnu Atsir, Al Kamil fit Taarikh bab dzikru mukatabat Rasulullah al muluk 2/94. uga dikeluarkan oleh Thabrani dan Barraz seperti termuat dalam Majma’ az Zawa-id, 8/287, 5/309.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Translate

Wheather Forecast

Monster Drift

Welcome to My Blog

Aqua Clock

Popular Post

Diberdayakan oleh Blogger.

AT-TAUHID

AT-TAUHID
syahadah

- Copyright © YONAS SYABAB'S INFORMATION CENTER -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Yonas Septiyan -