Posted by : Unknown
Senin, 18 Maret 2013
EPISODE PERTAMA
Tentara kaum muslimin berkumpul di
satu dataran tinggi tandus dekat sungai Yarmuk. Mereka menjadikan daerah yang
berada di belakang mereka sebagai tempat penyimpanan logistik dan bala bantuan.
Di situ, terdapat tenda Abu Ubaidah yang sangat luas karena dijadikan pusat perkumpulan bagi tentara kaum muslimin.
Tampak
Abu Ubaidah sedang duduk, dia di kelilingi oleh beberapa komandan tentara
antara lain: “Khalid, Amr bin Al ‘Ash, Yazid bin Abu Sufyan, Syurahbil bin Hasanah dan Mu’adz bin Jabal. Di depan mereka berdiri seorang laki-laki
berasal dari daerah Tanukh yang dipaggil Abu Basyir dan seorang petani dari
daerah Ghutah, Damaskus, yang sedang menangis dan mengiba kepada Abu Ubaidah.
Petani :
“Balaskan untuk saya wahai panglima Arab, balaskan buat saya atas segala
perbuatan yang telah mereka lakukan.”
Abu Ubaidah: “Apa yang
telah mereka perbuat pada dirimu?”
Petani : “Saya
tidak dapat menceritakannya kepada kalian karena perbuatan mereka sangat kejam!
sangat biadab!”
Abu Basyir: “Apakah anda mengizinkan saya untuk
menceritakannya kepada mereka?”
Petani : “Lakukanlah.”
Abu Basyir :
“Ketika tentara Romawi kembali ke Damaskus -setelah kalian kalahkan- sebagian
mereka singgah di daerah saudara kita ini yaitu daerah Ghutah. Di daerah ini
terdapat ratusan hewan ternak kambing dan lainnya. Dan Petrik (sebutan untuk komandan pasukan Romawi yang
membawahi sekitar 10.000 pasukan) menyembelihnya setiap hari untuk dimakan.
Ketika Petrik akan melanjutkan perjalanan pulang, para saudaranya merampas
semua hewan ternak yang ada di situ. Lalu ketika saudara kita ini, yang pada
waktu kejadian masih berada di kota, akan mengambil hewan-hewan ternak itu
karena suatu kebutuhan, ternyata hewan ternak itu telah habis. Akhirnya anak
perempuannya pergi bersama pembantunya ke Petrik untuk mengadukan segala apa yang telah
terjadi. Sang anak perempuan itu berkata: ‘Segala apa yang kamu ambil buat diri
anda, maka saya ikhlas. Akan tetapi, katakan kepada saudara-saudara paduka
untuk mengembalikan seluruh hewan ternak yang telah mereka ambil dari kami.
Mendengar pengaduan itu, ternyata Petrik tidak
melakukan apa-apa, tetapi malah
memerintahkan prajuritnya untuk membawa anak perempuan itu ke tempat
peristirahatannya dan memperkosanya dengan paksa. Pembantunya berusaha mencegah
kejadian itu, tetapi Petrik malah menyuruh pengawal untuk membunuhnya.”
Para hadirin : “La haula wala quwwata illa billah. Betapa
keji dan kejamnya dia!!”
Abu Ubaidah : “Bukankah
sang Petrik itu punya atasan?”
Abu Basyir : “Atasannya adalah Bahan, panglima
tertinggi pasukan Romawi.”
Abu Ubaidah :
“Kalau begitu, mengadulah kepadanya atas segala kekejaman yang telah kamu
alami?”
Petani : “Saya
telah melakukan itu, wahai panglima Arab. Saya telah mengadu kepadanya dan dia
menampakkan kesedihan atas apa yang telah saya alami, tetapi dia tidak dapat
melakukan apa-apa. Sebab, jika dia memarahi Petrik, maka para kawannya pun akan
berbalik memarahi Bahan. Akhirnya mereka (kawan-kawan Petrik) berusaha untuk
membunuhku karena saya melaporkan apa yang mereka perbuat kepada Bahan, tetapi
saya dapat meloloskan diri dari mereka.”
Abu Ubaidah :
“Semoga Allah menghancurkan mereka karena mereka tidak mau mencegah perbuatan
munkar yang telah dilakukan oleh sebagian mereka. Inilah perbuatan yang paling
jelek dilakukan oleh mereka.”
Abu Basyir :
“Wahai tuan panglima, tidak hanya itu yang telah mereka lakukan. Mereka juga
telah melakukan banyak perbuatan keji di semua daerah-dareah yang anda
tinggalkan buat mereka seperti Hims, Ba’labak, Hamaah dan Ma’irrah.”
Abu Ubaidah :
“Jadi seakan-akan kamu, wahai saudaraku dari Tanukh, melimpahkan segala
tanggung jawab atas segala apa yang telah menimpamu kepada kami?”
Abu Basyir :
“Benar tuan panglima. Jadi seakan-akan maksud dia adalah “janganlah kalian
meninggalkan kami untuk menjadi sasaran orang-orang zalim itu setelah kalian
menyelamatkan kami dari mereka.”
Mu’adz :
“Bukankah sudah saya katakan sebelumnya kepada kalian tentang sautu kaum yang
mempercayai dan merasa tenang atas perlindungan kalian, tetapi kenapa kalian
malah meninggalkan mereka? Demi Allah, sesungguhnya saya khawatir kalau Allah
akan menghukum kita atas segala kezaliman yang sebenarnya dapat kita cegah
tetapi kita tidak melakukannya.”
Amr : “Demi
Allah, saya tidak mengerti mengapa anda, wahai tuan panglima, melakukan rencana
ini (yaitu untuk meninggalkan daerah-daerah yang telah dikuasai). Kalau bukan
karena mentaati perintah dari panglima, saya tidak akan meninggalkan Palestina
yang telah kita taklukan.”
Abu Ubaidah :
“Celaka kalian semua! Apa kalian pikir kita mampu menghadapi pasukan Heraklius
yang telah bergabung sedangkan kita sendiri masih terpecah-pecah?”
Mu’adz : “Kita
telah menghadapi mereka di berbagai tempat dan Allah memberikan kemenangan pada
kita.”
Yazid :
“Panglima kita telah mengambil keputusan ini dan kita tidak mungkin untuk
kembali lagi.”
Syurahbil : “Sekarang
kita harus memikirkan lebih jauh tentang bagaimana caranya kita menghadapi
mereka. Sekarang seluruh tentara mereka telah berkumpul di lembah yang berada
di samping daerah kita ini. Antara kita dengan mereka hanya dipisahkan oleh
sungai.”
Abu Ubaidah :
“Wahai Abu Sulaiman, bukankah kamu ingin mengatakan sesuatu?”
Khalid : (Menatap
dua orang yang sedang berdiri) “Apakah kalian memiliki pengaduan lain lagi?”
Abu Basyir :
“Tidak tuanku, kami hanya ingin
mengiformasikan kepada kalian bahwa orang-orang Romawi, ketika menerima negeri
yang telah kalian tinggalkan, akan melakukan perbuatan kejam terhadap para
penduduknya.”
Khalid :
“Sekarang, keluarlah kalian berdua. Kami paham apa yang kalian katakan. Hai
Yunus, antar dan tempatkan mereka berdua di tempatmu sampai kami dapat
menentukan apa yang bisa kami perbuat untuk mereka berdua selanjutnya.”
(Kemudian
Abu Basyir dan temannya keluar bersama Yunus)
Khalid : “Hai
saudara-saudaraku, apakah ketika datang pengaduan dari orang-orang daerah ini
kalian memberi perhatian sedangkan di sisi lain kalian melupakan kalau kita
sebenarnya sedang terjun dalam peperangan yang menentukan dengan musuh kita
sekarang ini? Siapa di antara kalian yang mau bertanggungjawab dalam peperangan
ini? Kamu, hai Mu’adz bin Jabbal?”
Mu’adz :
“Sekarang? Setelah kita meninggalkan kota-kota dan benteng kepada mereka?”
Khalid : “Kamu,
hai Amr bin Ash?”
Amr : “Bukan
saya. Saya tidak mau menanggung suatu akibat yang tidak saya saksikan dengan
mata kepala saya sendiri.”
Khalid : “Kamu,
hai Yazid bin Abu Sufyan?”
Yazid : “Bukan,
karena tidak sepantasnyalah orang seperti saya memimpin orang-orang seperti
anda sekalian.”
Khalid : “Kamu,
hai Syurahbil bin Hasanah?”
Syurahbil : “Saya
berlindung kepada Allah supaya saya tidak menentang Saifullah -pedang Allah-
(julukan yang diberikan kepada Khalid bin Walid) dalam masalah ini.”
Khalid : “Jadi
ketahuilah sekarang, bahwa tanggungjawab masalah ini baik di hadapan Allah
maupun dihadapan kaum muslimin, seluruhnya ada pada diri saya. Dan ketahuilah,
bahwasanya saya sudah mengetahui apa yang akan saya lakukan dan saya sudah
mempersiapkan hal ini sejak saya masih di Hims.”
Abu Ubaidah : “Ya,
demi Allah saya bersaksi untuk hal itu. Saya ikut bersamamu (saya setuju dengan
kamu) hai Abu Sulaiman. Saya tidak akan melaksanakan ide saya tanpa kamu dan
juga saya tidak akan membiarkan kamu bertanggung jawab dalam masalah ini
sendirian.”
Khalid : “Semoga
Allah memberkati kamu, wahai pemegang amanat umat. Kalau begitu, biarkan saya
melakukan apa yang telah saya rencanakan bersama orang-orang ini sekarang.
Berikan wewenang kepada saya untuk menangani musuh kita itu. Dan dengan izin
Allah, saya dapat menghadapinya.”
Abu Ubaidah :
“Wewenang ada pada kamu untuk mengatur semuanya, wahai Khalid. Dan demi Allah,
tidak ada yang dapat menanganinya selain kamu. Dan saya bersaksi bahwa sayalah
orang pertama yang mentaati perintahmu walaupun kamu menyuruh saya untuk
memegang tali kendali kudamu, tentu akupun akan mentaatinya.”
Khalid :
“Maksudku tidak begitu, wahai Abu Ubaidah. Saya hanya menginginkan supaya kita
bersatu dalam satu pendapat. Kemudian kita juga bersatu dalam menghadapi musuh
dengan satu rencana, satu aturan dan satu tangggungjawab. Sehingga kita tidak
saling menggagalkan usaha satu sama yang lain. Sebab dalam peperangan tidak ada
yang lebih berbahaya selain perbedaan pendapat yang terjadi di antara kita.”
Abu Ubaidah :
“Kamu dapat melakukan apa saja yang kamu suka terhadap kami. Kamu adalah
penglima kami dan kami adalah tentara dan bawahanmu.”
Khalid :
“Kirimkan utusan ke seluruh wilayah dan perintahkan mereka untuk mentaati
saya.”
Abu Ubaidah :
(Memanggil) “Wahai Dhahak bin Qais!”
Dhahak : (Yang
sedang menjaga pintu masuk) “Ya tuanku!”
(Ia muncul
dari balik pintu tenda)
Abu Ubaidah :
“Wahai Ibnu Qais, berkelilinglah ke seluruh daerah yang dikuasai kaum muslimin.
Sampaikan perintahku kepada mereka untuk mentaati Khalid bin Walid atas apa
yang diperintahkannya kepada mereka dalam peperangan ini.”
Khalid :
“Walaupun ide saya bertentangan dengan ide kamu?”
Abu Ubaidah :
“Walaupun bertentangan dengan ide saya. Kamu paham wahai Ibnu Qais?”
Dhahak : “Ya,
saya paham.” (Kemudian ia keluar)
Khalid : “Wahai
para komandan tentara! Sekarang sebaiknya kamu mengetahui masalah yang
sebenarnya. Sesungguhnya kita telah dapat menipu tentara Romawi. Sebab di mata
mereka kita tampak ketakutan menghadapi tentara Romawi yang berjumlah sangat
besar, yang dikumpulkan oleh Heraklius
sehingga akhirnya kita lari dan berkemah di daerah ini, padahal sebenarnya
tidak. Karena itu, perintahkan tentara yang lain untuk menyusul kita dengan
menerobos jalan pegunungan dari setiap celah yang ada sampai mereka berkumpul
semua di lembah yang ada di samping daerah yang kita tempati ini. Hal ini kita
lakukan supaya membuat mereka merasa senang kalau mereka telah mengusir semua
kita dari daerah Syam. Dengan begitu barangkali mereka akan melupakan segala
kekalahan menyakitkan yang telah kita berikan kepada mereka sebelumnya.”
Abu Ubaidah :
“Saya bis mengalahkan tentara yang berjumlah sangat banyak itu, hanya saja saya
khawatir kaum muslimin akan merasa gentar. Karena itu saya telah menulis surat
kepada Amirul Mukminin Umar bin Khattab untuk meminta bantuan pasukan.”
Khalid : “Tidak
apa-apa, itu langkah yang bagus.”
Mu’adz : “Berapa
jumlah tentara musuh, wahai Abu Sulaiman?”
Khalid : “Sekitar
dua ratus lima puluh sampai tiga ratus ribu orang.”
Mu’adz : “Lebih
baik jika mereka (tentara Romawi) berkumpul di satu tempat untuk menyerang
tentara kita. Hal ini lebih baik jika dibandingkan dengan kita harus memerangi
mereka yang masih dalam keadaan berpencar-pencar, ada yang di barat dan ada
yang di timur, sehingga kita dapat memenangi peperangan ini dengan seizin
Allah.”
Khalid : “Tidak
begitu wahai Ibnu Jabal. Sebab kita menghadapi mereka semua di tempat ini,
dengan begitu kita dapat memberikan pukulan telak kepada mereka. Dengan
demikian insya Allah kita akan memperoleh kemenangan. Dan jikapun kita kalah
maka kekalahan kita tidak telak. Tapi insya Allah kita tidak akan kalah. Karena
itu, wahai para komandan tentara, janganlah kalian mengatakan “wah betapa
banyak tentara Romawi dan betapa sedikit tentara Arab.” Sebab banyaknya tentara
itu ditentukan oleh kemenangan dan sedikitnya tentara itu dilihat dari
kekalahan yang dialami. Namun khusus dalam peperangan ini, peperangan tidak ditentukan
dengan jumlah banyaknya tentara tetapi pertama dengan taktik, kelihaian dan
kemudian dengan kesabaran.”
Amr : “Untuk
masalah kesabaran kita sudah tahu, lalu apakah kita dapat mengetahui tentang
taktik macam apa yang akan kamu gunakan itu?”
Khalid :
“Kesabaran dari diri kalian dan taktik dari diriku. Namun tidak baik jika
kalian mengetahuinya sekarang. Kalian akan mengetahuinya jika waktunya sudah
tiba. Karena itu bersabarlah, semoga Allah merahmati kalian. Sekarang
kembalilah ke tempat kalian masing-masing.”
(satu-persatu
para komandan tentara itu keluar ke tempatnya masing-masing)
Abu Ubaidah :
“Wahai Abu Sulaiman, saya akan mengirim utusan ke Amirul Mukminin Umar bin
Khattab hari ini, jadi bisakah kamu menjelaskan rencanamu ke utusan tersebut
supaya dia dapat menjelaskannya kepada khalifah. Sebab saya khawatir rencana
itu tidak dapat terlaksana sesuai dengan yang diinginkan dan ini akan
menimbulkan dugaan yang bukan-bukan.”
Khalid : “Wahai
Abu Ubaidah, orang seperti kamu masih menaruh curiga kepada Umar?”
Abu Ubaidah :
“Saya tidak bermaksud seperti itu wahai Abu Sulaiman. Maksud saya adalah
kalau-kalau Umar telah salah sangka kepada kita karena kita telah meninggalkan
kota-kota di daerah timur tanpa kembali lagi dan lapor kepadanya. Dan kamu tahu
kalau anak paman kamu itu (Umar) sangat perhatian terhadap masalah kaum
muslimin!?”
Khalid : “Kamu
benar, wahai Abu Ubaidah. Tapi semoga saja Ibnu Khattab dapat memberi pemahaman
yang baik kepada para syuhada. Oh ya, di mana utusan itu?”
Abu Ubaidah :
(Memanggil) hai Sufyan bin Auf, kemarilah!”
(Sufyan bin Auf masuk)
Khalid :
“Kemarilah wahai Sufyan bin Auf. Kemarilah, mendekat kepadaku.”
Abu Ubaidah :
“Saya telah menulis surat untuk dikirim kepada Amirul Mukminin dengan
perantaraan kamu. Dan ini, Khalid bin Walid, ingin menjelaskan rencananya
kepada kamu supaya nanti kamu dapat menerangkan kepada Amirul Mukminin Umar bin
Khattab. Karena itu dengarkan dengan baik dan pahamilah.”
Khalid :
“Berhati-hatilah kamu dan ingat! Kamu jangan menceritakan hal ini kepada
siapapun selain kepada Umar bin Khattab sendiri.”
Sufyan :
“Percayalah wahai Abu Sulaiman. Saya akan berangkat lewat lembah Tawwi dengan
begitu saya tidak akan bertemu dengan seorangpun dan dijalanpun saya tidak akan
mengatakan kepada siapapun sampai saya bertemu dengan Amirul Mukminin.”
Khalid : “Apakah
kamu tahu di mana tentara Romawi sekarang?”
Sufyan : “Ya,
mereka sekarang berada di lembah sekitar kita bermukim ini. Yaitu di antara
lembah Harir dan lembah Alan.”
Khalid :
“Rencanaku adalah saya ingin memposisikan mereka untuk berada di dataran luas,
tetapi yang tidak ada jalan keluarnya. Tempat ini terletak di antara lembah
Alan, lembah Riqad dan sungai Yarmuk. Nah ketika mereka memasuki tempat ini,
kita akan menutup jalan masuk itu sehingga kita berada dalam posisi yang mudah
sementara mereka dalam posisi yang sulit. Dan tidak ada tempat untuk melarikan
diri kecuali daerah pinggir jurang yang sangat berbahaya itu di mana terpasang
jaring di situ. Dengan begitu mereka akan terjatuh karena terkejut dan takut
ketika datang serangan mendadak yang dilancarkan oleh pasukan kita.”
Sufyan : “Tapi
bagaimana mendesak mereka untuk sampai di dataran tersebut?”
Khalid :
“Pertanyaan bagus, kamu cerdik. Nah maka dari itu kita akan berjalan pada waktu
malam dan menguasai lembah Harir dari arah timur sehingga pasukan kita
menghadap dataran tersebut. Dan untuk mengelabui mereka, kita akan pura-pura
berusaha untuk mendudukinya dan membuat benteng di situ sehingga mereka akan
berusaha mendahului kita untuk menduduki tempat tersebut. Dengan begitu kita
dapat menjerat mereka di tempat itu.”
Abu Ubaidah :
(Takjub) demi Allah, ini rencana yang jenius. Nah, apakah kamu sekarang dapat
pergi untuk menyampaikan rencana ini dengan detail kepada Amirul Mukminin,
wahai Abu Sufyan?”
Sufyan : “Saya
akan menceritakan rencana ini dengan sedetail-detailnya sehingga seakan-akan
dia melihatnya sendiri dari telapak tangannya.”
Abu Ubaidah :
“Berhati-hatilah, wahai Abu Sufyan. Saya tidak mendengar rencana ini dari Abu
Sulaiman kecuali ketika bersama kamu. Dan awas, jangan sampai kamu
menceritakannya kepada seorangpun.”
Sufyan :
“Walaupun leher saya ditebas, saya tidak akan menceritakannya!”
Abu Ubaidah :
“Pergilah sekarang dan semoga Allah memberkatimu.”