Posted by : Unknown
Jumat, 19 April 2013
"Kebahagiaan". Suatu kata yang sekaligus menjadi sorotan setiap manusia yang hidup. apa sebenarnya kebahagiaan itu? bagaimana memperoleh kebahagiaan hakiki? dan mengapa setiap orang menginginkan suatu kebahagiaan namun yang didapat adalah hal yang lain? untuk mengetahui jawaban dari setiap pertanyaan yang anda pikirkan, simaklah tulisan dibawah ini!
ARTI KEBAHAGIAAN
Kebahagiaan
adalah lawan dari kesengsaraan. Manusia pun terbagi kepada, manusia bahagia dan
manusia sengsara. Allah Swt berfirman, “Di kala datang hari itu, tidak ada
seorangpun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada
yang sengsara dan ada yang berbahagia. Adapun orang-orang yang sengsara, maka (tempatnya)
di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan
merintih), mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali
jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap
apa yang Dia kehendaki. Adapun orang-orang yang berbahagia, maka
tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi,
kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada
putus-putusnya.”(QS. Hûd[11]:105-108)
Manusia
yang bahagia adalah orang yang bisa mengambil pelajaran dari orang lain dan
manusia yang sengsara adalah orang yang merasa sengsara dengan takdir Allah.
Ada sebagian orang yang mendefinisikan bahwa kebahagiaan itu adalah ketenangan
jiwa dan ketentraman yang dirasakan oleh seorang manusia di suatu waktu.
Definisi ini masih ada kekurangannya. Ketenangan jiwa terkadang bisa disebut
pada kelezatan sesaat namun berakhir dengan kepedihan abadi. Sedang ketentraman
yang dirasakan oleh seorang manusia, terkadang bisa palsu, semu dan cepat
hilang, seperti orang yang mengasuransikan masa depannya dengan menyimpan uang
di bank-bank konvensional, sebab ia sama saja menjadi musuh Allah dan
Rasul-Nya. Sementara berkah hartanya telah dihilangkan dan harta itu tidak akan
pernah aman dari kehilangan. Dengan demikian, sama saja ia percaya pada ilusi
dan fatamorgana.
Oleh sebab
itu, kebahagiaan yang dicari oleh seorang muslim itu lebih umum, lebih
konprehensif dan lebih sempurna dari kebahagiaan yang dicari oleh manusia di
timur dan di barat, atau yang diceritakan oleh para filosof, pakar sosial dan
lain-lain. Kebahagiaan yang dicari oleh seorang muslim itu adalah ridha
terhadap Allah dalam situasi senang atau susah, saat bersemangat ataupun saat
loyo. Kebahagiaan yang meliputi hati dan jiwa hingga saat fakir dan sakit
sekalipun. Kebahagiaan yang menjunjung tinggi perintah Allah adalah merupakan
puncak kebahagiaan seorang hamba di dunia dan akhirat. Bagi seorang hamba,
tidak ada yang lebih bermanfaat di dunia dan di akhirat daripada menjunjung
tinggi perintah Tuhannya. Tidaklah orang yang mendapatkan kebahagiaan di dunia
dan di akhirat itu kecuali karena ia menjunjung tinggi perintah Allah dan
tidaklah orang yang mendapatkan kesengsaraan di dunia dan di akhirat itu
kecuali karena ia menyia-nyiakan perintah-Nya.
Ar Raghib
Al Ashfihani berkata dalam bukunya yang berjudul Al Mufradât,
“Kebahagiaan adalah bantuan ilahi untuk manusia demi mencapai kebaikan.” Maka,
orang yang bahagia adalah orang mukmin yang mendapat taufik untuk melakukan
segala kebaikan dan meninggalkan segala kemungkaran. Ia adalah orang yang
dikehendaki oleh Allah dalam melakukan taat kepada-Nya, bersikap syukur dalam
kesenangan dan bersikap sabar dalam kesusahan. Ia juga tahu bahwa tempat
kembali dan tempat mengadu hanya kepada Allah. Maka, hatinya pun penuh dengan
ridha terhadap Allah dan hati nuraninya selalu mendorongnya untuk mencari
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sesungguhnya kebahagiaan hakiki adalah
karunia dari Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendaki-Nya. Kita tidak
akan bisa mendapatkan apa yang ada di sisi Allah kecuali dengan taat
kepada-Nya.
MERENUNGI NASEHAT ADALAH JALAN MENUJU KEBAHAGIAAN
Dalam bukunya yang berjudul Al Jawâb Al
Kâfî Li Man Sa’ala ‘An Ad Dawâ Asy Syâfî, Ibnu Qayyim berkata, “Sebagian ulama
berkata, “Aku merenungi apa yang diperbuat oleh orang-orang yang berakal dan
aku dapati bahwa semua yang mereka perbuat itu bertujuan mencapai satu tujuan,
sekalipun cara mereka berbeda. Aku melihat bahwa mereka bertujuan untuk menolak
kesusahan dan kesengsaraan dari mereka. Ada yang dengan makan dan minum, ada
juga dengan berniaga dan menulis, ada pula dengan nikah dan mendengarkan
nyanyian, serta ada pula dengan hiburan dan permainan.
Aku
berkata, “Tujuan ini memang tujuan orang-orang yang berakal, namun cara-cara
yang mereka pergunakan tidak akan pernah menyampaikan mereka kepada tujuan,
bahkan malah menyampaikan mereka kepada lawannya. Aku tidak melihat dari
berbagai macam cara yang dilakukan yang mampu menyampaikan kepada tujuan
kecuali dengan cara mendekat kepada Allah, serta mengharap dan mengutamakan
ridha-Nya dari segala sesuatu. Sesungguhnya orang yang melakukan cara ini,
sekalipun tidak mendapatkan apa-apa di dunia namun ia pasti akan mendapatkan
bagian yang amat berharga. Tidak ada yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba
daripada cara ini dan tidak ada yang lebih menyampaikannya kepada kelezatan,
kegembiraan dan kebahagiaan daripadanya. Semoga Allah memberikan taufik-Nya
kepada kita.”
Di tempat
lain di dalam buku itu juga, Ibnu Qayyim berkata, “Allah telah memutuskan satu
keputusan yang tidak akan bisa dirubah selama-lamanya, yaitu, “Akibat baik
hanya pada ketakwaan dan ganjaran yang baik hanya untuk orang-orang yang
bertakwa. Hati ibarat papan yang masih utuh sedangkan niat dan kata hati ibarat
pahat yang memahat papan itu. Apakah pantas seorang yang berakal membiarkan papan
hati dipahat oleh dusta, tipu daya dan angan-angan belaka serta fatamorgana
yang tak hakiki. Kebijaksanaan, ilmu dan petunjuk mana yang selaras dengan
pahatan ini?”
Dalam
tafsir firman Allah, “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang
beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam
kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat
(janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar” (QS.
Yûnus[10]:62-64), Ibnu Qayyim berkata, “Seorang mukmin yang ikhlas hanya kepada
Allah termasuk orang yang paling baik kehidupannya, paling baik keadaannya, dan
paling lapang dadanya serta paling gembira hatinya. Ini merupakan surga dunia
sebelum ia mendapatkan surga akhirat.”
Ibnu Qayyim
juga berkata, “Jangan kamu kira bahwa firman Allah Swt yang berbunyi, “Sesungguhnya
orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan,
dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka”
(QS. Al Infithâr[82]:13-14), hanya tertentu pada kenikmatan dan neraka akhirat
saja, tapi juga ada di tiga fase kehidupan manusia, yaitu, di dunia, di alam
barzakh dan di surga. Bukankah kenikmatan hakiki itu adalah kenikmatan di hati
dan bukankah azab hakiki itu adalah azab di hati? Azab mana yang paling hebat
dari ketakutan, kegundahan, kesedihan, kesempitan, berpaling dari Allah,
melupakan hari akhir, bergantung pada selain Allah dan putus hubungan
dengan-Nya. Allah Swt berfirman, “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada
Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah
hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. Al Fajr[89]:27-30)
Ibnu Qayyim
berkata lagi, “Sebaik-baik apa yang ada di dalam dunia adalah mengenal-Nya dan
mencintai-Nya. Paling lezat apa yang ada di dalam dunia adalah melihat-Nya dan
menyaksikan-Nya. Mencintai-Nya dan mengenal-Nya adalah penyejuk mata, kelezatan
jiwa, kebahagiaan hati dan kenikmatan dunia dan kesenangannya. Bahkan kelezatan
dunia tanpa cinta dan mengenal-Nya dapat berubah menjadi kepedihan dan siksa,
serta kehidupan tetap terasa sempit. Maka, tidak ada kehidupan yang lebih baik
kecuali dengan ridha Allah Swt.”
Ibnu Qayyim
juga berkata, “Tidak ada sesuatu pun yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba
daripada menghadap kepada Allah, sibuk menyebut-Nya dan merasakan kenikmatan
cinta-Nya serta mengutamakan ridha-Nya, bahkan tidak ada satupun kehidupan dan
kenikmatan tanpa ridha-Nya, tidak ada kegembiraan juga tidak ada kesenangan
kecuali dengan ridha-Nya.”
Ibnu Qayyim
juga berkata, “Orang-orang yang berbakti selalu dalam kenikmatan, sekalipun
kehidupan mereka susah dan dunia bagi mereka terasa menghimpit. Sedangkan
orang-orang fasik selalu dalam neraka (azab), sekalipun dunia terasa luas bagi
mereka. Allah Swt berfirman, “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. An Nahl[16]:97)
Dalam
tafsir ayat, “Dan barang siapa berpaling
dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami
akan menghimpunkannya pada hari kiamat
dalam keadaan buta" (QS. Thâhâ[20]:124), kehidupan sempit itu ada
yang mengartikan dengan azab kubur. Memang tidak ada yang meragukan bahwa azab
kubur itu adalah kehidupan yang sempit. Lafal dalam ayat itu mencakup apa yang
lebih umum, sebab bentuk lafalnya nakirah (tidak jelas).
Sebenarnya,
walaupun orang yang berpaling dari peringatan Allah itu hidup dalam berbagai
kenikmatan di dunia, namun di dalam hatinya penuh dengan kegelisahan, kehinaan
dan kerugian akibat dari angan-angan dan azab. Namun itu semua tertutup oleh
gelombang syahwat dan mabuk cinta dunia atau kepemimpinan, sekalipun tidak
mabuk karena minuman. Mabuk seperti ini lebih dahsyat dari mabuk karena minuman
keras. Mabuk karena minuman bisa saja membuat pelakunya sadar, sedangkan mabuk
karena hawa nafsu dan cinta dunia tidak akan dapat menyadarkan pelakunya
kecuali ketika dia sudah berada di antara tentara kematian. Kehidupan
yang sempit pasti terjadi pada orang yang berpaling dari peringatan Allah yang
telah menurunkan peringatan itu lewat Rasulullah Saw, baik di dunia, di alam
barzakh maupun di hari kiamat nanti. Matanya tak akan pernah sejuk, hatinya tak
akan pernah tenang dan jiwanya tak akan pernah tentram kecuali dengan izin
Tuhannya dan Dzat yang layak untuk disembahnya. Setiap sesembahan selain Allah
adalah batil.
Siapa yang
matanya sejuk dengan Allah, pasti semua mata akan sejuk dengannya dan siapa
yang matanya tidak pernah sejuk dengan Allah, pasti jiwanya akan merasakan
kekeringan. Sesungguhnya Allah menciptakan kehidupan yang baik hanya untuk
orang-orang yang beriman dengan-Nya dan beramal saleh, sebagaimana firman-Nya,
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala
yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl[16]:97)
Orang yang
beriman dan beramal saleh pasti mendapatkan balasan di dunia dengan kehidupan
yang baik dan mendapatkan surga di akhirat kelak. Mereka mendapatkan dua
kehidupan yang baik dan mereka akan tetap hidup di dua negeri itu.”
...Bersambung...