Archive for 2013
Terorisme Setelah Masa Nabi
Tindakan
teror-meneror masih terus berlangsung sepeninggal Nabi. Bahkan lebih kejam dan
lebih marak. Meskipun para sahabat
memiliki akhlak yang mulia, tapi tetap saja orang-orang non muslim semisal kaum
Yahudi, Nasrani dan lain-lain masih terus berusaha menghancurkan Islam dan
pemeluknya. Dalam melakukan semua ini, mereka menggunakan cara apa saja.
●Kematian
Umar bin Khattab
Umar bin
Khattab terkenal sebagai seorang pemimpin yang moderat dalam segala
keputusannya. Ia selalu berlaku adil kepada siapapun baik terhadap umat Islam
maupun lainnya. Khalifah Umar juga sangat memuliakan setiap penduduk baik yang
Islam maupun yang selain Islam berikut anak-anaknya. Pernah ada seorang kakek
Yahudi meminta-minta di pintu masuk kota, maka oleh Umar, ia menjelasan bahwa
maksud dari firman Allah,
“Sesungguhnya
zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin…” (QS. At Taubah[9]:60)
adalah
bersifat umum termasuk orang tua Yahudi ini. Kakek Yahudi yang meminta-minta
ini masuk dalam gologan fakir miskin ahlul kitab1.
Dengan metode Islam yang begitu mulia inilah sahabat
Umar memimpin umat Islam. Ia benar-benar tahu dan mengerti hak-hak non muslim
dalam hidup, juga dalam beragama. Sampai ia pun menolak mendirikan shalat di
Gereja karena takut kalau pada suatu waktu umat Islam mengklaim Gereja tersebut
sebagai Masjid.
Tapi khalifah yang sangat adil ini menjadi korban
konspirasi orang-orang Yahudi yang merenggut nyawa beliau. Muslihat ini
didalangi seorang pemuda Nasrani bernama Abu Lu’luah Fairuz, dibantu seorang
panglima perang Persia bernama Marzaban yang sebenarnya adalah seorang tawanan
perang ketika liberasi kota Al-Madain. Marzaban ini dibawa ke Madinah pada masa
khalifah Umar.
● Kematian Khalifah Utsman bin
Affan
Kembali kaum
Yahudi bersekongkol terhadap Islam. Sekarang giliran Abdullah bin Saba’,
seorang yang beragama Yahudi. Orang ini selalu berpindah-pindah dari Kufah, ke
Bashrah, menuju Mesir hanya untuk menghasut manusia agar membenci kekhalifahan
Utsman. Akhirnya terkumpullah para pemberontak. Khalifah Utsman berhasil mereka
bunuh.
● Kematian Khalifah Ali bin Abu
Thalib
Ali bin Abu
Thalib salah satu khulafaur rasyidin yang selalu jujur dan berkata benar.
Dimanapun ia selalu bersama kebenaran. Ia tidak pernah menyinggung orang Yahudi
maupun Nasrani.
Suatu hari khalifah Ali pergi ke pasar dan menemukan
baju perangnya di situ bersama seorang Nasrani. Toh begitu, sebagai khalifah ia
tidak langsung merampasnya dari orang Nasrani tersebut. Sebaliknya, khalifah
Ali melaporkan kejadian ini pada pengadilan yang waktu itu dipimpin oleh Syarih
untuk menuntut haknya, padahal yang menunjuk Syarikh sebagai qadhi juga ia
sendiri. Meskipun begitu, seorang hakim dalam Islam selalu menjalankan apa yang
diperintahkan Allah, tanpa memihak siapapun. Begitu juga, khalifah Islam tak
ingin mendapatkan hak-hak khusus dan pembelaan. Dalam pengadilan ini, akhirnya
Syarih memutuskan bahwa baju perang tersebut milik si Nasrani karena tuduhan
khalifah Ali tersebut tanpa disertai bukti apapun.
Mendengar putusan ini, khalifah Ali berkata, “Qadhi
Syarih memang benar.” Kemudian si Nasrani berkata, “Aku bersaksi bahwa inilah
hukum para Nabi. Seorang khalifah datang ke pengadilan menuntut haknya, tapi
putusan hakimnya sendiri tidak berpihak kepadanya. Demi Tuhan, wahai Amirul
mukminin, ini memang baju perang Anda. Waktu itu aku mengikuti Anda dan baju
perang Anda jatuh dari unta lalu aku mengambilnya. Saya benar-benar bersaksi
bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah.”
Mendengar pengakuan ini khalifah berkata, “Jika kamu masuk Islam maka baju
perang ini untukmu dan akan kamu pakai ketika menunggang kuda (berperang)2.
Khalifah yang sangat jujur-adil ini pun tak lepas dari
persekongolan kaum Yahudi dan mereka yang membenci Islam. Orang-orang ini
membentuk golongan yang saling bertentangan. Diantaranya adalah golongan
Khawarij yang bertanggung jawab atas terbunuhnya khalifah Ali bin Abu Thalib.
***
bersambung ke bagian 4
Source : Abdul Mahdi Abdul Qadir Abdul Hadi; Ma’ady
KAIRO, Mesir
TEROR KEPADA UMAT ISLAM
Terorisme Masa Nabi Muhammad
1. Teror Yang Dilakukan Kaum Kafir Musyrik
Terhadap Umat Isam
Nabi diutus untuk menyeru manusia agar mengesakan
Tuhannya. Ia juga diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia. Terhadap
tugas yang terakhir ini, Nabi memulai dari diri sendiri. Nabi tampil sebagai
manusia terbaik, pilihan dan pantas menjadi suri tauladan. Ia tidak pernah
menyakiti seseorang baik dengan perkataan maupun perbuatannya. Sebaliknya, Nabi
Muhammad merupakan pemimpin terbaik bagi seluruh manusia. Semua ini diakui baik
oleh musuh maupun sahabat.
● Abu Jahal, seorang
pemimpin kaum musyrik Makah bertemu dengan Nabi Muhammad dan berkata, “Aku tahu
engkau seorang yang jujur. Tapi pembohong suku Rabiah lebih baik dari pada
seorang jujur yang membawa petaka.”
Maksud dari perkataan Abu Jahal ini adalah, bahwasanya
seorang pembohong dari sukunya, Rabiah, lebih baik daripada seorang jujur yang
berasal dari suku-suku lain, seperti halnya Nabi Muhammad.
● Nabi pernah
berkirim surat kepada kaisar
Romawi untuk mengajak kaisar beserta rakyatnya memeluk Islam. Isi dari
surat itu adalah sebagai berikut;
“Dari Muhammad, hamba dan utusan Allah. Kepada Heraclius, kaisar agung Romawi. Keselamatan bagi mereka yang mengikuti petunjuk-Nya. Aku mengajak Anda menuruti ajakan Islam. Masuklah ke dalam agama Islam niscaya Anda akan selamat. Dengan begitu, Tuhan akan memberimu pahala dua kali. Jika Anda menolak maka dosa-dosa rakyatmu juga menjadi tanggungan Anda. Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Ilah selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)[1]".
● Nabi Muhammad juga
pernah mengirim surat pada kaisar Kisra bin Harmuz, raja Persia. Isi surat itu sebagai berikut;
“Dari Muhammad utusan Allah. Kepada Kisra, kaisar agung Persia. Keselamatan bagi mereka yang mengikuti petunjuk, mengimani Allah, mengimani Rasul-Nya dan bersaksi tiada Tuhan selain Allah yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan Muhammad adalah hamba serta utusan-Nya. Aku mengajak Anda atas nama ajakan Allah. Aku adalah utusan Allah untuk seluruh manusia. Memperingatkan mereka yang masih hidup dan memberikan yang benar kepada golongan kaum kafir. Jika Anda menyerah dan masuk Islam, maka Anda akan selamat. Jika menolak, maka dosa semua orang Majusi menjadi tanggungan Anda[2]."
Dari dua surat ini tampak jelas betapa
mulia kepribadian Nabi Muhammad. Ia menulis surat kepada raja-raja tersebut
dengan sangat hormat. ‘Kepada Heraclius, kaisar agung Romawi’. Juga, ‘Kepada
Kisra, kaisar agung Persia. Nabi menulis surat penuh dengan cinta kasih dan
kedamaian. Keselamatan bagi mereka yang mengikuti petunjuk.
Orang-orang yang pada masa itu mempelajari ajakan Nabi
ini menjadi hormat terhadapnya dan juga Islam. Di antaranya adalah kaisar
Heraklius. Ketika membaca surat dari Nabi, kaisar ini memanggil sejumlah orang
Arab untuk dimintai keterangan. Setelah mendengar keterangan langsung dari
orang-orang Arab sendiri, dia berkata, “Jika keterangan yang Anda berikan ini
benar, ia pasti akan memperoleh kekuasaan yang ada dibawah dua telapak kakiku
ini. Saya kira, dulu ia bukanlah segolongan dengan kalian. Kalau saja tahu, saya
pasti akan segera menemuinya dengan cara apapun. Kalau berada bersamanya, pasti
saya akan mencuci kedua telapak kakinya.”[3]
Kiranya, kandungan isi Al Quran berikut ini
sudah sangat cukup mewakili untuk membuktikan betapa semua orang menghormati
dakwah Nabi Muhammad saw. Allah berfirman, “Sesungguhnya, Kami mengetahui
bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu
bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi
orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat ayat Allah.” (QS. Al An’aam
[6]:33).
Tapi dasar nasib buruk manusia. Kebanyakan
orang musyrikin, kaum Yahudi, Nasrani dan umat-umat lain saling bahu membahu,
berkomplot melawan Nabi. Mereka menipu Nabi Muhammad dengan berbagai cara.
Allah berfirman,” Dan (ingatlah), ketika
orang-orang kafir (Qurais) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan
memenjarakanmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya
dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu
daya.” (QS. Al Anfaal [8]:30).
Nabi sendiri menyadari hal ini. Ia pernah
bersabda sebagai berikut, “Aku telah banyak disakiti karena ingin
meninggikan agama Allah. Tak ada seorang pun di dunia ini yang merasakan sakit
melebihi rasa sakitku [ketika ingin meninggikan agama Allah] itu. Aku juga
telah banyak ditakut-takuti dan diancam karena hendak meninggikan agama Allah.
Dan tak ada seorang pun di dunia ini yang merasa takut dan diancam melebihi aku
[ketika ingin meninggikan agama Allah].” (HR. Turmudzi, Ibnu Majah dan
Ahmad)[4].
Musuh-musuh Nabi berusaha merusak citra
Islam dengan segala cara. Bukan hanya itu. Bahkan mereka juga berusaha merusak
citra Nabi Muhammad sendiri secara membabi buta.
Kaum kafir selalu menyiksa umat Islam
dengan berbagai siksaan. Mereka merampas harta, mengusir, menyiksa dan
membunuhi umat Islam. Karena menghadapi siksaan dari kaum musyrik berikut
persekongkolan kaum Yahudi serta Nasrani, umat Islam terpaksa meninggalkan
tanah kelahiran mereka, Makah, berhijrah ke Habasyah. Tapi kelakuan kaum
musyrik tidak hanya berhenti sampai di sini. Setelah umat Islam berhijrah ke
Habasyah, mereka pun lantas mempengaruhi raja Habasyah agar menentang umat
Islam. Tapi Allah Maha Pemberi Kedamaian dan menenangkan hati raja tersebut[5].
Selain berhijrah ke Habasyah, umat Islam
juga terpaksa berhijrah ke Madinah. Semua ini adalah dalam rangka lari dari
ancaman teror orang-orang musyrik. Rasulullah terpaksa meninggalkan kota Makah,
tanah kelahiran dan nenek moyangnya menuju Madinah setelah adanya usaha pembunuhan
atas diri beliau.
Meskipun kota Makah sudah ditinggalkan
Rasul dan kaum muslimin, tetap saja orang-orang musyrik tidak membiarkan Nabi
dan pemeluknya hidup damai begitu saja. Bahkan, kaum musyrik melakukan agresi
militer ke Madinah untuk menghancurkan umat Islam. Hal ini terjadi pada saat
perang Badar. Setelah itu terjadilah perang Uhud. Dalam perang ini, kaum
musyrik menjadi begitu sombong dan beringas. Nabi sempat menderita luka-luka.
Semakin giranglah hati kaum musyrik. Mereka berusaha sebisa mungkin membunuh
Nabi dalam perang ini. Tapi Allah menjaganya dari kematian.
Selanjutnya terjadilah perang Khandaq.
Dalam perang ini, pasukan kaum musyrik begitu banyak. Jumlah yang belum pernah
tercatat dalam sejarah perang di jazirah Arab. Pasukan yang begitu banyaknya
ini dikerahkan untuk menghancurkan Islam dan Nabinya. Tapi dalam perang ini
umat Islam sangat cerdik—sehingga musuh pun menjadi kerepotan dan kalang kabut.
Semua ini menunjukkan bahwa yang melakukan
teror adalah orang-orang musyrik. Merekalah para terorisnya. Dan umat Islam-lah
yang menjadi sasaran teror.
***
2. Teror Yang
Dilakukan Kaum Yahudi Terhadap Umat Islam
Pada masa Nabi, kaum Yahudi banyak melakukan tipu daya
dan fitnah terhadap Islam, diantaranya adalah seperti berikut ini;
● Mengeluarkan berbagai fitnahan tentang
Islam kepada penduduk Makah.
●
Meyakinkan para kaum musyrik bahwa agama mereka jauh lebih baik dari pada
Islam.
●
Ketika berhijrah ke Madinah, Nabi, atas nama umat Islam menandatangani
perjanjian dengan kaum Yahudi6. Pasal
ke 16 dari perjanjian ini berbunyi, bahwa umat Yahudi yang ikut melakukan
hijrah akan memperoleh kedamaian, ketentraman, tidak disakiti ataupun dimusuhi.
Adapun pasal ke 44 berbunyi bahwa antara umat Islam dan Yahudi harus saling
bantu ketika ada pihak musuh yang menyerang Yatsrib (Madinah). Begitulah.
Setiap pasal dalam perjanjian itu sangatlah jujur dan adil. Bahkan perjanjian
ini disebut-sebut sebagai piagam termulia yang pernah ada dan terjadi antara
umat Islam dan Yahudi. Tapi kaum Yahudi tidak menepati perjanjian ini. Mereka
malah selalu menyakiti umat Islam dengan berbagai cara.
●
kaum Yahudi pernah berusaha membunuh Nabi dengan cara melemparinya batu dari
atas bangunan ketika Nabi sedang duduk. Huyai bin Akhtab, seorang pemuka Yahudi berkata
kepada para pengikutnya, “Kalian tidak akan bisa melihat Muhammad sedekat
seperti saat ini. Maka manfaatkan kesempatan ini. Lempari Muhammad dengan
batu-batu. Bunuh. Dengan begitu, kalian tak akan melihat keburukan yang
ditimbulkan olehnya lagi.” Mendengar ini, orang-orang itu lantas menghampiri
dua batu besar tempat menumbuk biji-bijian. Seorang perkasa diantara mereka
hendak melemparkan batu itu kepada Nabi. Tapi Allah menahan tangan mereka.
Akhirnya malaikat Jibril datang menghampiri Nabi dan menyuruhnya berdiri,
meninggalkan tempat itu. Turunlah ayat Allah, “Hai orang-orang yang beriman,
ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan Nya) kepadamu, diwaktu suatu
kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepada mu (untuk berbuat jahat),
maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertaqwalah kepada Allah, dan
hanya kepada Allah sajalah orang-orang mu'min itu harus bertawakkal.” (QS.
Al Maidah[5]:11)7. Juga ayat
setelahnya yang berbunyi, “…dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat
kekhianatan dari mereka…” (QS. Al Maidah[5]:13).
●
Kaum Yahudi pernah berusaha membunuh Nabi dengan cara meracuni daging kambing.
Diceritakan dari
Anas, seorang wanita
Yahudi menghadap Rasul dengan membawa daging kambing yang telah dibubuhi
racun. Nabi memakan daging kambing yang beracun itu. Pada kesempatan lain,
wanita itu lantas dipanggil dan Rasul bertanya perihal perbuatannya ini. Wanita
Yahudi itu menjawab, “Aku ingin membunuhmu.” Nabi berkata, “Hampir saja Tuhan
memberimu kekuasaan untuk itu.” Kemudian para sahabat berkata, “Mengapa kita
tidak membunuh saja wanita ini?” Nabi menjawab, “Jangan.” Anas berkata, “Saya
masih melihat bekas pengaruh racun itu di uvula8
Rasulullah.” (HR. Bukhari-Muslim)9.
Dari Abu Hurairah.
r.a berkata, ”Ketika liberasi Khaibar, Nabi diberi persembahan berupa daging
kambing yang telah dibubuhi racun. Kemudian Nabi saw. berkata, "Aku minta
agar semua orang di sana yang beragama Yahudi dikumpulkan.” Para sahabat pun
sibuk mengumpulkan orang-orang Yahudi tersebut. Setelah berkumpul Nabi bersabda,
“Aku ingin bertanya sesuatu kepada kalian. Apakah kalian mau berkata jujur
perihal itu? Orang-orang Yahudi menjawab, “Ya.” Lantas Nabi saw. bertanya pada
mereka, “Siapakah adanya orang tua kalian?”
Mereka menjawab, “Si fulan ini.”
Kemudian Nabi berkata, “Kalian bohong.
Orang tua kalian adalah si fulan itu.”
Mereka menjawab, “Engkau benar,
Muhammad.”
Nabi saw. bertanya lagi, “Apakah kalian
mau jujur menjawab apa yang akan aku tanyakan?”
Orang-orang Yahudi itu menjawab, “Baik,
Abu Qasim. Toh kalau kami berbohong, engkau pun tahu kebohongan kami, seperti
engkau tahu kebohongan yang ada pada orang-orang tua kami.”
Mendengar itu, Nabi lantas bertanya,
“Siapakah penghuni neraka?”
Mereka menjawab, “Kami akan berada di
sana sebentar. Setelah itu, kalian yang akan menggantikan kami.”
Nabi saw. berkata, “Takutlah pada Allah
mengenai hal ini. Demi Allah, kami tidak akan pernah menggantikan kalian di
neraka.” Kemudian Nabi saw. bertanya sekali lagi, “Apakah kalian mau jujur
menjawab pertanyaanku?”
Orang-orang Yahudi itu menjawab, “Ya,
wahai Abu Qasim.”
“Apakah kalian membubuhi daging kambing
ini dengan racun?”
Mereka pun menjawab, “Benar.”
Lantas Nabi bertanya, “Apa yang
menyebabkan kalian berbuat seperti itu?”
“Karena jika engkau ternyata seorang
pembohong, kami akan terbebas dari kebohonganmu. Dan jika engkau benar-benar
Nabi, tentu racun itu tidak akan bisa mencelakakanmu. (HR. Bukhari)10.
Beberapa riwayat menyebutkan bahwa wanita
Yahudi yang bernama Zainab
binti Harits yang telah membubuhi racun dalam daging kambing. Daging itu
telah dibubuhi racun yang banyak sekali. Khususnya di bagian paha karena mereka
tahu Nabi suka daging kambing bagian situ. Tapi Allah berkuasa membuat kambing
bisa bicara. Kemudian memberi tahu Nabi bahwa kedua pahanya mengandung racun.
Nabi pun tidak memakan daging daerah paha.
Kejadian ini tentu saja sangat bertentangan
dengan perjanjian-perjanjian yang ada antara Yahudi dan umat Islam. Hal ini
merupakan bukti kuat atas pengkhianatan dan bahayanya orang Yahudi. Oleh karena
itu, Nabi mengambil keputusan untuk menjauhkan mereka dari Madinah.
● Bani Quraidah, salah satu suku
Yahudi, pada saat itu terikat perjanjian
damai dengan Rasul saw. dan umat Islam. Suatu ketika, beberapa orang Yahudi
dari suku ini, yang diketuai Hay bin Akhtab, pergi ke Makah. Mereka menghasut orang-orang
musyrik sehingga terkumpul sepasukan perang orang musyrik yang berjumlah
sepuluh ribu tentara. Ketika tentara ini sampai Madinah, Bani Quraidah
memutuskan perjanjian damai mereka dengan umat Islam dan bergabung ke dalam
pasukan musyrik. Mereka membantu pasukan musyrik secara suka rela baik berupa
bantuan logistik maupun persenjataan perang. Inilah pengkhianatan terbesar kaum
Yahudi karena terjadi saat perang. Hal ini juga membuktikan bahwa orang Yahudi
tidak bisa dipercaya untuk diajak melakukan perjanjian dan kesepakatan.
Inilah diantara sikap kaum Yahudi pada
zaman Nabi. Dari sini membuktikan bahwa Rasul saw. merupakan sosok yang paling
adil dan jujur. Sementara itu, orang-orang Yahudi adalah
pengkhianat-pengkhianat besar. Dari sini juga menunjukkan bahwa orang Yahudilah
terorisnya. Umat Islam selalu mendapat teror dari orang-orang macam ini.
***
3. Teror Yang
Dilakukan Kaum Nasrani Terhadap Umat Islam
Umat Islam tidak pernah mencampuri urusan
dalam negeri imperium Romawi yang notabene menganut agama Nasrani. Umat Islam
juga tidak pernah mengancam keselamatan mereka. Tapi kaisar Romawi mulai usil, mengusik negara
Islam.
Pada tahun 8 H/629 M, penguasa negara
bagian Syam yang waktu itu berada di bawah kekuasaan Romawi membunuh Harits bin
Umair al-Azdi. Orang yang terbunuh ini adalah utusan yang membawa surat dari
Nabi untuk penguasa negara Romawi. Sahabat Harits diutus untuk menemui merreka.
Akan tetapi, utusan yang pada zaman sekarang disebut duta besar ini malah
dibunuh, padahal membunuh duta besar suatu negara sama halnya dengan menantang
perang.
Oleh karena itu, Rasul saw. mengirim bala
tentara sebanyak tiga ribu pasukan untuk mengganjar perbuatan mereka. Tapi
ternyata kekaisaran Romawi juga sudah siap. Bahkan mereka mengerahkan dua ratus
ribu pasukan!
Kedua bala tentara itu bertemu dalam peperangan
yang disebut perang mut’ah yang dimenangkan umat Islam. Marahlah kaisar.
Sebelumnya, tentu saja kaisar begitu percaya diri untuk mampu menumpas habis
pasukan tentara Islam dalam jangka beberapa jam saja. Namun kenyataannya malah
berbalik. Karena dendam bercampur penasaran, kerajaan Romawi mulai mengatur
barisan lagi untuk melakukan perang penentuan.
Rasul saw. selalu memantau perkembangan
pasukan lawan. Umat Islam tentu saja sangat berhati-hati dalam menghadapi
tentara Romawi. Lepas satu tahun, pihak Romawi sudah merasa cukup melakukan
persiapan. Dengan pasukan penuh, mereka mulai menuju daerah perbatasan negara
Islam.
Tujuan penyerbuan ini hanya satu, yaitu
menghancurkan Islam. Bagi mereka, Islamlah yang memberi kekuatan pada orang-orang
Arab sehingga berani menentang kekuasaan Romawi dalam perang mut’ah.
Dari sini tampak jelas bahwa yang melakukan
teror adalah orang-orang Nasrani. Lagi-lagi umat Islam yang menjadi obyek
terorisme!
***
4. Teror Yang Dilakukan Kaum
Majusi Terhadap Umat Islam
Kerajaan Persia yang memeluk agama Majusi
sikapnya juga tak jauh beda dengan kaum Yahudi dan Nasrani.
Raja
Kisra
mengutus orang untuk menculik Rasul saw. Ia memerintahkan Badzan, penguasa
wilayah Yaman yang waktu itu berada di bawah kekuasaan Persia, agar mengirim dua orang untuk
menemui Nabi. Dalam surat perintahnya ini, raja Kisra menyuruh Badzan untuk
mengirim dua orang tukang pukul pada Nabi saw. Nanti setelah menemui Rasul saw,
dua tukang pukul ini diharuskan membawa Nabi menghadap raja Kisra.
Diutuslah Nabuh, seorang penulis dan ahli
ilmu hitung. Selain itu, Badzan juga mengutus seorang Persia yang bernama
Khurkhusrah. Tak lupa, Badzan juga menulis surat yang akan dibawa oleh dua
tukang pukul ini. Isinya memerintahkan Nabi saw. untuk mau menghadap raja Kisra
dengan dikawal Nabuh dan Khuskhusrah.
Mendengar berita ini, orang-orang kafir
Qurays merasa girang sekali. Diantara mereka ada yang berkata,
“Bersenang-senanglah. Raja Kisra telah mengetahui keadaan. Raja itu pasti akan
membunuh Muhammad. Kalian sebentar lagi akan terbebas.”
Berangkatlah dua orang utusan itu. Akhirnya
mereka sampai juga menghadap Rasul saw. dengan jenggot tercukur bersih dan
kumis dibiarkan panjang tebal. Melihat penampilan seperti ini timbul kesan
tidak suka pada diri Nabi saw. Ia lantas bertanya kepada dua utusan itu,
“Celakalah kalian. Siapa yang menyuruh kalian untuk berpenampilan seperti ini?”
Kedua utusan itu menjawab, “Tuhan Kami.” [yang mereka maksud adalah Kisra].
Lalu Nabi berkata, “Akan tetapi, Tuhanku menyuruh untuk mencukur kumis dan
memanjangkan jenggot. Dan bukan sebaliknya."
Kedua utusan ini lantas memberitahu maksud
tujuan mereka. Keduanya berkata, “Jika kamu mentaati, Badzan akan membawamu
menghadap Kisra. Tapi jika menolak, kamu akan dihancurkan beserta semua
pengikutmu.” Kemudian Rasul berkata kepada mereka, “Kembalilah kalian menghadap
pada besok pagi.”
Setelah itu, datanglah kabar dari langit
yang memberitahu bahwa Allah telah mengutus Syirawaih, anak lelaki Kisra
sendiri untuk membunuh ayahnya. Mendengar berita ini, Rasul saw. lalu memanggil
dua utusan itu dan memberitahukan perihal terbunuhnya raja Kisra. Kemudian Nabi
berkata kepada mereka, “Agama dan kekuasaanku akan mencapai kerajaan Kisra
dengan sangat cepat dan mudah. Katakan pada Badzan untuk menyerah. Apabila dia
mau menyerah, aku akan mengakui kekuasaannya dan menjadikan raja diantara
kaumnya.” Nabi lalu memberi Kharkhasrah emas dan perak.
Kedua utusan itu lalu pergi menghadap
Badzan dan memberitahu perihal apa yang dikatakan Nabi. Mendengar ini, Badzan
berkata, “Demi tuhan. Ini bukan ucapan raja. Saya melihat Muhammad itu laksana
Nabi. Baiknya kita tunggu. Jika yang diucapkannya benar maka ia benar-benar
seorang Nabi yang diutus. Tapi jika tidak benar, kita lihat saja nanti hukuman
apa yang akan kita berikan kepadanya.” Tak lama kemudian Badzan mendapat surat
dari Syirawaih yang memberitahu terbunuhnya raja Kisra. Dalam surat itu,
Syirawaih mengaku telah membunuh raja Kisra, ayahnya sendiri, karena merasa
marah terhadap kerajaan Persia yang menyuruh seseorang untuk membunuh Nabi.
Selain itu, Syirawaih juga menyuruh Badzan agar mentaati permintaan Nabi dan
tidak lagi mengganggu Rasul saw.
Ketika membaca surat dari Syirawaih ini,
Badzan langsung menyerah dan masuk Islam, diikuti oleh para kaumnya11.
Begitulah kelaliman raja Kisra.
Memerintahkan orang untuk menculik Rasul saw. tanpa sebab yang jelas, dan
memaksa agar mau menghadapnya. Raja Kisra mengancam Rasul saw. dan kaum
muslimin.
Dari sini tampak jelas tindak teror yang
dilakukan orang Persia pemeluk agama Majusi terhadap umat Islam.
Memang begitulah adanya. Masa Nabi yang
merupakan puncak masa kesucian dan keluhuran telah dikotori oleh tindak
kriminal dan teror dari orang-orang musyrik, Yahudi, juga Nasrani. Semua
tindakan teror ini diarahkan kepada umat Islam.
**Bersambung ke bagian 3**
Source : Abdul Mahdi Abdul Qadir Abdul
Hadi; Ma’ady KAIRO, Mesir
[4] Sunan Turmudzi, al qiyamah, bab haddatsana
hunaad akhbarana mu-awiyah 7/170. imam Turmudzi mengatakan bahwasanya
hadits ini hasan dan sahih. Sunan Ibnu Majah, muqoddimat bab 11. Sunan
Ahmad, 19/245, 21/443.
[5] lihat al bidayah wa an nihayah
6 Teks perjanjian ini bisa
ditemukan dalam buku Muhammad Hamidullah, al Watsa-iq as siyasiyyah, halaman
57, 59. Teks-teks semacam ini juga mudah ditemukan dalam buku-buku hadits,
sirah dan sejarah.
7 Hal ini dikatakan oleh Ibnu Jarir at Thabari
6/144, 145 ketika menafsiri ayat tersebut. Hal ini juga terdapat dalam sunan
Baihaqi 9/200, kemudian juga dalam ad dalaail 2/446.
8 Uvula adalah bagian langit-langit mulut dekat tenggorokan
yang menonjol ke bawah.
9 Bukhori, hadits no 2617. Muslim, hadits no 2190.
10 Bukhari, Hadits no
3169.
11 Ibnu Atsir, Al
Kamil fit Taarikh bab dzikru mukatabat Rasulullah al muluk 2/94. uga
dikeluarkan oleh Thabrani dan Barraz seperti termuat dalam Majma’ az Zawa-id,
8/287, 5/309.