Archive for Juli 2013
Terorisme Setelah Masa Nabi
Tindakan
teror-meneror masih terus berlangsung sepeninggal Nabi. Bahkan lebih kejam dan
lebih marak. Meskipun para sahabat
memiliki akhlak yang mulia, tapi tetap saja orang-orang non muslim semisal kaum
Yahudi, Nasrani dan lain-lain masih terus berusaha menghancurkan Islam dan
pemeluknya. Dalam melakukan semua ini, mereka menggunakan cara apa saja.
●Kematian
Umar bin Khattab
Umar bin
Khattab terkenal sebagai seorang pemimpin yang moderat dalam segala
keputusannya. Ia selalu berlaku adil kepada siapapun baik terhadap umat Islam
maupun lainnya. Khalifah Umar juga sangat memuliakan setiap penduduk baik yang
Islam maupun yang selain Islam berikut anak-anaknya. Pernah ada seorang kakek
Yahudi meminta-minta di pintu masuk kota, maka oleh Umar, ia menjelasan bahwa
maksud dari firman Allah,
“Sesungguhnya
zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin…” (QS. At Taubah[9]:60)
adalah
bersifat umum termasuk orang tua Yahudi ini. Kakek Yahudi yang meminta-minta
ini masuk dalam gologan fakir miskin ahlul kitab1.
Dengan metode Islam yang begitu mulia inilah sahabat
Umar memimpin umat Islam. Ia benar-benar tahu dan mengerti hak-hak non muslim
dalam hidup, juga dalam beragama. Sampai ia pun menolak mendirikan shalat di
Gereja karena takut kalau pada suatu waktu umat Islam mengklaim Gereja tersebut
sebagai Masjid.
Tapi khalifah yang sangat adil ini menjadi korban
konspirasi orang-orang Yahudi yang merenggut nyawa beliau. Muslihat ini
didalangi seorang pemuda Nasrani bernama Abu Lu’luah Fairuz, dibantu seorang
panglima perang Persia bernama Marzaban yang sebenarnya adalah seorang tawanan
perang ketika liberasi kota Al-Madain. Marzaban ini dibawa ke Madinah pada masa
khalifah Umar.
● Kematian Khalifah Utsman bin
Affan
Kembali kaum
Yahudi bersekongkol terhadap Islam. Sekarang giliran Abdullah bin Saba’,
seorang yang beragama Yahudi. Orang ini selalu berpindah-pindah dari Kufah, ke
Bashrah, menuju Mesir hanya untuk menghasut manusia agar membenci kekhalifahan
Utsman. Akhirnya terkumpullah para pemberontak. Khalifah Utsman berhasil mereka
bunuh.
● Kematian Khalifah Ali bin Abu
Thalib
Ali bin Abu
Thalib salah satu khulafaur rasyidin yang selalu jujur dan berkata benar.
Dimanapun ia selalu bersama kebenaran. Ia tidak pernah menyinggung orang Yahudi
maupun Nasrani.
Suatu hari khalifah Ali pergi ke pasar dan menemukan
baju perangnya di situ bersama seorang Nasrani. Toh begitu, sebagai khalifah ia
tidak langsung merampasnya dari orang Nasrani tersebut. Sebaliknya, khalifah
Ali melaporkan kejadian ini pada pengadilan yang waktu itu dipimpin oleh Syarih
untuk menuntut haknya, padahal yang menunjuk Syarikh sebagai qadhi juga ia
sendiri. Meskipun begitu, seorang hakim dalam Islam selalu menjalankan apa yang
diperintahkan Allah, tanpa memihak siapapun. Begitu juga, khalifah Islam tak
ingin mendapatkan hak-hak khusus dan pembelaan. Dalam pengadilan ini, akhirnya
Syarih memutuskan bahwa baju perang tersebut milik si Nasrani karena tuduhan
khalifah Ali tersebut tanpa disertai bukti apapun.
Mendengar putusan ini, khalifah Ali berkata, “Qadhi
Syarih memang benar.” Kemudian si Nasrani berkata, “Aku bersaksi bahwa inilah
hukum para Nabi. Seorang khalifah datang ke pengadilan menuntut haknya, tapi
putusan hakimnya sendiri tidak berpihak kepadanya. Demi Tuhan, wahai Amirul
mukminin, ini memang baju perang Anda. Waktu itu aku mengikuti Anda dan baju
perang Anda jatuh dari unta lalu aku mengambilnya. Saya benar-benar bersaksi
bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah.”
Mendengar pengakuan ini khalifah berkata, “Jika kamu masuk Islam maka baju
perang ini untukmu dan akan kamu pakai ketika menunggang kuda (berperang)2.
Khalifah yang sangat jujur-adil ini pun tak lepas dari
persekongolan kaum Yahudi dan mereka yang membenci Islam. Orang-orang ini
membentuk golongan yang saling bertentangan. Diantaranya adalah golongan
Khawarij yang bertanggung jawab atas terbunuhnya khalifah Ali bin Abu Thalib.
***
bersambung ke bagian 4
Source : Abdul Mahdi Abdul Qadir Abdul Hadi; Ma’ady
KAIRO, Mesir